LEBAK – Ledakan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar Rangkasbitung merupakan bentuk ketidakmampuan pemerintah kabupaten Lebak meyediakan sarana pasar bagi warganya. Ini diungkapkan Ketua Komunitas Aspiratif (Komunas) Dede Suherli, Sabtu (20/3/2021)
Dikatakan Dede, tidak bisa disalahkan banyaknya PKL yang berjualan di sepanjang jalan Kalijaga dan Tirtayasa atau dikenal dengan pasar subuh, karena kapasitas pasar Rangkasbitung tidak cukup menampung pedagang yang ada.
Selain itu kata Dede Suherli, keberadaan PKL sangat berdampak positif dari sisi ekonomi dan pengentasan pengangguran.
Baca juga:
- Anggota DPRD Majene Budi Mansur Hadiri Pesta Panen Desa Tubo Tengah
- Remaja Dusun Budandak Lauk, Desa Bunut Baok Antusias Sambut Ramadhan
- PLN Mukomuko tingkatkan Pelayanan Selama Ramadhan dan Idul Fitri
- Terapkan Prokes, SMPN 16 Mukomuko Gelar KBM dan Pesantren Kilat Ramadhan 1442H
- Presiden PKS, Ust. Ahmad Syaikhu Hadiri Rakerwil PKS Sulawesi Barat
“Jangan salahkan ledakan PKL. Karena kewajiban pemerintah menyediakan sarana pasarnya. Kalau pasarnya overload, tidak bisa menampung pedagang, maka pasti akan lahir pedagang kaki lima. Karena ini urusan penghidupan dan bertahan hidup, berarti harus ada solusi,” tegas Dede.
Kata Dede, PKL menjadi penyumbang pergerakan ekonomi di Lebak, walau ada sisi pelanggaran hukum dengan penggunaan badan jalan dan keluhan kemacetan, namun ada sisi positif yang tidak bisa diabaikan.
“Roda ekonomi berputar, ada sumber penghidupan, dan ada lapangan kerja, itu sisi positif ledakan jumlah PKL di Pasar Rangkasbitung. Justru potensi ini harus didukung dan dicari solusi terbaik,” kata Ketua Komunas.
Komentar